4 masalah Utama yang dialamin Anak Di Indonesia
4 Masalah Utama yang dialamin Anak Di Indonesia?
Kabarangin.com – 4 Masalah Utama yang dialamin Anak Di Indonesia?
Tahun ini, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) meluncurkan “Anak Indonesia, Anak GENIUS (Gesit-Empathy-Bravery-Excellent)” dalam rangka Hari Anak Nasional (HAN) yang diperingati pada bulan Juli. -Sehat)” tema.
Dirayakan setiap tahun pada tanggal 23. Menurut Persatuan Perempuan Indonesia, hal ini membutuhkan keterlibatan negara dan orang tua.
Ada empat masalah anak yang menjadi sorotan Koalisi Perempuan Indonesia, di antaranya rendahnya akses anak melanjutkan pendidikan ke tingkat sekolah menengah pertama (SMP), rendahnya status gizi anak.
Masih terjadinya praktik perkawinan anak, serta maraknya kekerasan terhadap anak. Keempat masalah itulah yang harus diselesaikan bersama guna mewujudkan Anak GENIUS.
Daftar Isi
Masalah Utama yang dialamin Anak Di Indonesia
Data dari Pusat Pendidikan Indonesia menunjukkan bahwa jumlah sekolah dasar (SD) adalah sepertiga dari sekolah menengah (SMP). Ada sekitar 147.000 sekolah dasar di Indonesia, tetapi hanya sekitar 36.000 sekolah menengah.
Selain jumlah sekolah yang tidak sebanding, faktor ekonomi juga jadi rintangan yang harus dihadapi pemerintah. Belum lagi, sebagian anak yang tidak sekolah ini biasanya dinikahkan dalam usia dini.
“Jadi sebagian orang tua itu menikahkan anaknya karena enggak sekolah, enggak kerja. Ternyata alasannya daripada anaknya tidak punya pekerjaan, nganggur dan nantinya malah menimbulkan prasangka,” kata Sekretaris Jenderal Koalisi Perempuan Indonesia, Dian Kartikasari, di Bakoel Koffie, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (22/7).
Peringatan Hari Anak Mewujudkan Anak Genius
Menikah dini tidak akan menyelesaikan masalah. Menurut Diane, perkawinan anak sebenarnya bisa menimbulkan beberapa masalah lain, salah satunya menurutnya adalah gizi buruk pada anak. Menurut data Survei Status Gizi (PSG) yang dilakukan di 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota pada tahun 2017, 3,8% anak di bawah usia 5 tahun mengalami gizi buruk, 14% gizi buruk, dan 29,6% gizi buruk. Terbelakang (kecil), 9,5% terbukti dapat dihabiskan. Itu (tipis).
Sebaliknya, angka stunting pada usia 12-18 tahun berkisar antara 35,5% hingga angka wasting 4,7%. Menurut Dian, kekurangan gizi pada anak merupakan salah satu penyebab perkawinan anak.
“Masalah gizi tidak hanya soal daya beli masyarakat terhadap pangan, tapi juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor tersebut antara lain pengetahuan gizi orang tua, prioritas sumber daya rumah tangga, dan pola asuh. Selain itu, tradisi perkawinan anak berkontribusi terhadap tingginya angka gizi buruk di kalangan anak-anak dan remaja,” tambahnya.
4 Masalah Yang dialamin Anak Di Indonesia
Selain tiga permasalahan di atas, Dian menambahkan, isu kekerasan terhadap anak juga menjadi permasalahan bersama. “Anak-anak Indonesia masih belum memiliki hak untuk merasa aman di depan umum, di sekolah maupun di rumah,” ujarnya.
Atas dasar permasalahan tersebut, Dian berharap agar pemerintah dan orang tua dapat berkomitmen serta bekerja sama untuk mewujudkan tema Hari Anak Nasional (HAN) 2018, yaitu ‘Anak Indonesia, Anak GENIUS’. Koalisi Perempuan Indonesia pun memberikan masukan kepada pemerintah dalam menyikapi situasi anak Indonesia sekarang ini, yaitu:
1. Melakukan terobosan kebijakan dan tindakan administratif untuk secepatnya menambah jumlah sekolah jenjang SMP, dengan menggunakan gedung-gedung sekolah SD dan sekolah SMP dan menambah jumlah tenaga pengajar. Agar seluruh anak yang lulus SD dapat melanjutkan pendidikannya
2. Menyelenggarakan program untuk percepatan penanganan masalah gizi di Indonesia
3. Membuat kebijakan dan program untuk menghentukan perkawinan anak
4. Memperkuat kelembagaan dan kapasitas sumber daya manusia serta fasilitas/sarana dan penegakan hukum untuk penanggulangan kekerasan terhadap anak
Sementara untuk orang tua, Koalis Perempuan Indonesia berharap agar orang tua dapat meningkatkan komitmen untuk memenuhi hak pangan dan pendidikan anak melalui upaya meningkatkan pengetahuan, memprioritaskan anggaran rumah tangga untuk pemenuhan gizi dan pendidikan.
“Memprioritaskan kesehatan dan pendidikan anak, apapun alasannya sehingga itu akan memperbaiki generasi selanjutnya. Jadi mengutamakan pendidikan dan gizi itu semestinya yang jadi prioritas orang tua,” tambahnya.
#Anakindonesia #depresi #menikahusiadini #gizianak #pendidikan #anaknasional
sumber: https://kumparan.com